Bangsa Inggris semenjak permulaan abad 17 telah tiba di India sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama "The East India Company" mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik menggali di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan. Dengan politik adu domba yang lihai mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka.
Demikianlah
selanjutnya dengan kekuatan angkatan bersenjata, politik adu-domba dan
senjata uang, kekuasaan hakiki kesultanan Islam Munghal dilumpuhkan.
Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh
Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti
kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818.
Begitu juga pada tanggal 10 Mei 1857 umat Hindu dan umat Islam
mengadakan pemberontakan terhadap penguasa Inggris namun masih belum
mendapatkan hasil.
Pada
saat itu muncullah Ahmad Khan, tokoh pembaruan yang berusaha mendekati
pemerintahan Inggris. Ahmad Khan berpendapat bahwa menentang kekuasaan
Inggeris tidak akan membawa kebaikan bagi ummat Islam India, tetapi akan
menjadikan umat Islam semakin mundur serta akan jauh ketinggalan dari
masyarakat Hindu India.[1] Selain itu dasar ketinggian dan kekuatan
Barat, termasuk di dalamnya Inggris, adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Sehingga untuk mendapatkan kemajuan, umat Islam harus
pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang
harus ditempuh ummat Islam memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang
Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Gerakan
pembaharuan Islam di India dilatar belakangi oleh: ajaran Islam sudah
bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu
atau Animisme dan lain – lain, pintu ijtihad tertutup, kemajuan
kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orang-orang
India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah yang
banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari
orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris.
Dalam
makalah ini penulis akan kiprah pemikiran Sayyid Ahmad Khan dan Gerakan
Aligarh yang telah memberikan kontribusi dalam pentas pembaruan sejarah
umat Islam di India pada khususnya dan di Negara-negara Islam pada
umumnya. Sebagai penyempurna makalah ini penulis mengharapkan kontribusi
pemikiran dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
|
2. Pembahasan |
a. Biografi Syed Ahmad Khan |
Ahmad
Khan lahir tanggal 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817
Masehi di kota Delhi. Nenek moyangnya berasal dari Semenanjung Arab yang
kemudian hijrah ke Herat, Persia (Iran), karena tekanan politik pada
zaman dinasti Bani Umayyah (41 H/661 M – 133 H/750 M). Dari Herat mereka
hijrah ke Hindustan (India) dan menetap di sana. Kakek Sayyid Ahmad
Khan adalah Sayyid Hadi yang menjadi pembesar istana pada zaman Alamghir
II ( 1754- 1759). Sedangkan Ayahnya bernama al-Muttaqi, seorang ulama
shalih yang mempunyai pengaruh besar di Kerajaan Mughal pada masa
pemerintahan Akbar Syah II (1806 1837). Ahmad Khan memiliki pertalian
darah dengan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau dari keturunan
Fatimah al Zahra dan Ali bin Abi Talib. Karena itulah dia bergelar
Sayyid. Sedangkan ibunya adalah seorang wanita cerdas dan pandai
mendidik anak-anaknya.[2]
Ahmad
Khan memulai pendidikannya dalam pengetahuan agama secara tradisional.
Di samping itu dia juga mempelajari bahasa Persia dan bahasa Arab,
matematika, mekanika, sejarah dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Dia
juga banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan. Hal ini menjadikannya sebagai seorang yang luas ilmu
pengetahuannya, berpikiran maju, dan dapat menerima ilmu pengetahuan
moderen.[3]
Sejak
sang ayah meninggal tahun 1838, Ahmad Khan mulai bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya, karena ibunya enggan menerima tunjangan
pensiun dari istana. Dia bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia
pindah bekerja sebagai hakim di Fatehpur (1841), selanjutnya ia
dipindahkan ke Bignaur. Pada tahun 1846 dia kembali lagi ke Delhi. Masa
depan di Delhi merupakan masa yang paling berharga dalam hidupnya karena
dia dapat melanjutkan pelajarannya. Ketika terjadi pemberontakan umat
Hindu dan umat Islam terhadap penguasa Inggris pada tanggal 10 Mei 1857,
Ahmad Khan berada di Bignaur sebagai salah seorang pegawai
peradilan.[4]
Dalam
peristiwa ini dia tidak ikut memberontak, bahkan banyak membantu
melepaskan orang-orang Inggris yang teraniaya di Bignaur. Atas
jasa-jasanya, pemerintah Inggris menganugerahkan gelar Sir dan
memberikan berbagai hadiah kepadanya. Ahmad Khan menerima gelar
tersebut, tetapi dia menolak hadiah-hadiah itu, kecuali kesempatan untuk
berkunjung ke Inggris pada tahun 1869. Kesempatan tersebut dimanfaatkan
olehnya untuk meneliti lebih jauh sistem pendidikan serta menyaksikan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris.[5]
Ahmad
Khan menjelaskan kepada pemerintah Inggris bahwa dalam pemberontakan di
tahun 1857, umat Islam tidaklah memainkan peran utama. Hal itu
dijelaskan lewat buku yang berisikan catatan kronologis pemberotakan
tersebut, yaitu Tarikhi Sarkhasi Bijnaur (1858). Buku lainnya, berjudul
Asbab Baghawat Hind (1858) yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, The
Causes of the Indian Revolt (Sebab-sebab Revolusi India). Akhirnya Ahmad
Khan berhasil mendamaikan umat Islam dengan pemerintah Inggris.[6]
Cita-cita
Ahmad Khan untuk mendirikan perguruan tingi akhirnya terwujud dengan
diletakkannya batu pertama pembangunan gedung perguruan tinggi tersebut
oleh Gubernur Jendral Lord Lotion (raja muda waktu itu) pada tanggal 8
Januari 1877 di kota Aligarth. Perguruan tinggi tersebut diberi nama
Muhammadan Anglo Oriental College, yang lebih dikenal dengan Aligarth
College.
Masa-masa
akhir hayatnya digunakan untuk mewujudkan Aligarth College yang
didirikannya itu. Ia berkeinginan Aligarth dapat meningkat menjadi
universitas, sebagaimana yang di cita-citakan sejak kepergiannya ke
Inggris. Dalam mewujudkan keinginannya tersebut ia habiskan delapan jam
sehari untuk menegembangkan Aligarth College. Akan tetapi keinginannya
untuk menjadikan Aligarth sebagai universitas belum tercapai ajal telah
merenggutnya pada usia 81 tahun. Seluruh India berkabung, dan umat Islam
kehilangan seorang tokoh besar yang selama hidupnya digunakan untuk
memajukan bangsanya.
Ahmad
Khan telah tiada, namun sampai kini gagasan-gagasannya masih banyak
diulas oleh akademisi dan para ilmuan. Pandangan yang sangat mendasar
dari Akhmad Khan adalah tentang keterbelakangan masayarakat muslim
India. Menurut analisanya umat Islam di India sangat terbelakang bila
dibandingkan dengan peradaban barat karena ia tidak mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Di akibatkan oleh kejumudan pemikiran umat
islam pasca abad pertengahan, sehingga untuk melawan keterbelakangan
tersebut maka yang harus dilakukan umat Islam adalah menghidupkan dan
mengembangkan kembali pemikiran rasional agama zaman klasik, dengan
perhatian yang besar pada sain dan tehnologi. Ahmad Khan mengakhiri
perjuangannya dengan berpulang ke rahmatullah pada tanggal 27 Maret 1898
setelah menderita sakit beberapa lama dalam usia 81 tahun, dan
dimakamkan di Aligarh.
|
b. Pemikiran pendidikan Syed Ahmad Khan |
Pada
tahun 1859, tenaga dan pikirannya dicurahkan untuk meningkatkan
kehidupan umat di bidang intelektual, politik dan ekonomi melalui
pendidikan. Sarana ini efektif untuk mengubah sikap mental masyarakat.
Ahmad khan melihat umat islam di india mundur karena mereka tidak
mengikuti perkembangan jaman. Peradaban klasik telah hilang yang
kemudian timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru tersebut
yaitu berupa ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Inilah yang menjadi sebab
utama bagi kemajuan dan kekuatan orang barat.[7]
Menurut
Ahmad Khan, satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam
India dari keterbelakangan adalah pendidikan. Dengan pemikirannya
tersebut timbul ide-ide yang cemerlang yaitu dengan mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan yang pada akhirnya lembaga tersebut sampai
kepada Lembaga pendidikan (M.A.O.C) terus berkembang pada tahun 1920
Setelah ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama Aligarh Muslim
University (Universitas Islam Aligarh).[8]
Kendati
Ahmad Khan sendiri dididik dalam sekolah tradisional, namun ide-ide
pendidikan yang digagasnya bercorak modern, yaitu berupa sekolah-sekolah
atau perguruan tinggi yang mengajarkan sains tanpa melupakan pengajaran
agama dan institusi-institusi lainnuya. Begitu besarnya perhatian Ahmad
Khan di siding pendidikan ini sehingga Baljon, seorang prancis
menyebutnya sebagai pembaharu pendidikan dan peletak dasar modernism di
India.[9]
Pembaharuan Pendidikan Islam Sayyid Ahmad Khan
Sir
Sayyid Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan
umat Islam India pada abad ke-19 dan memiliki ide-ide yang cemerlang.
Bahkan ide pembentukan Negara Pakistan bermula dari gagasannya dan
dicetuskan oleh Muhammad Iqbal, kemudian akhirnya diwujudkan oleh Ali
Jinnah pada tahun 14 Agustus 1947.[10] Berbagai pemikiran pembaruan yang
yang telah dimunculkannya sangat berpengaruh bagi kemajuan rakyat India
selanjutnya, baik dalam bidang pendidikan, keagamaan, sosial, politik
ataupun bidang lainnya.
Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa meningkatkan kedudukan umat Islam India,
hanya dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan Inggris.[11] Sebab,
saat itu, Inggris merupakan penguasa yang menjajah India dan masih
mempunyai kekuasaan yang kuat. Menentang kekuasaannya tidak akan membawa
kebaikan bagi umat Islam India, bahkan akan membuat mereka tetap mundur
dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Selain
dasar ketinggian dan kekuasaan Barat, termasuk yang dimiliki Inggris
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) modern. Bagi umat Islam,
untuk dapat maju juga dapat menguasai IPTEK seperti mereka, Jalan yang
harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh IPTEK yang diperlukan itu
bukan bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris, tapi
memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan mereka.
Dia
berpendapat bahwa Islam adalah agama akal. Ia menolak segala hal dalam
agama yang bertentangan dengan fakta-fakta ilmu pengetahuan yang sudah
terbukti kebenarannya. Dia melihat bahwa umat Islam India mundur karena
mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah
hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru
adalah IPTEK Barat dan bangsa Eropa yang mengolah demikian rupa IPTEK
untuk memudahkan mewujudkan keinginan-keinginan mereka, termasuk dalam
menaklukkan umat Islam. Penaklukan dapat dilakukan dengan mudah, karena
umat Islam tidak memiliki kelebihan di bidang yang dikuasai Bangsa
Barat.[12]
IPTEK
modern adalah hasil olah pemikiran manusia, karena itu dunia barat
mendapat penghargaan yang tinggi. Kalau umat Islam mau maju harus mau
menghargai akal pikiran. Sayyid Ahmad Khan sangat menghargai akal
pikiran rasional, dia percaya bahwa kekuatan dan kebebasan serta
kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatan, akan
diserahkan sepenuhnya kepada manusia itu sendiri.
Dengan
kata lain, dia mempunyai kesamaan paham dengan Qadariyah (free will and
free act) dan tidak berpaham Jabariyah atau fatalisme. Sejalan dengan
faham Qodariyah, dia percaya bahwa bagi tiap makhluk Tuhan telah
menentukan tabi’at atau naturnya. Natur yang ditentukan Tuhan ini dan
yang di dalam Al-Qur’an disebut sunnatullah. Segalanya dalam alam
terjadi menurut hukum sebab akibat. Karena kuatnya kepercayaannya pada
hukum alam dan kerasnya dia mempertahankan konsep hukum alam, dia
dianggap kafir oleh golongan Islam yang belum dapat menerima ide
tersebut.
Langkah
pertama dilakukan ialah mendirikan Sekolah Inggris di Mudarabad (1861)
dan Ghazipur (1863). Kedua sekolah ini didirikan atas sokongan orang
ramai, orang-orang ternama, orang Hindu dan Muslim. Sekolah ini
dikatakan mendapat lebih simpati daripada sekolah Inggris yang didirikan
oleh mubaligh Kristian.
Ahmad
Khan mengorganisasikan upaya penerjemahan buku-buku penting, dan pada
tahun 1864 membentuk The Translation Society di Ghazipur yang
kemudiannya dikenal sebagai The Scientific Society.[13] Setelah kembali
dari Inggris ia menerbitkan jurnal berbahasa urdu yaitu Tahdzib al-
Akhlaq edisi pertamanya terbit bulan Desember 1870. Jurnal ini
dimanfaatkan untuk menyebarkan ide-ide pembaharuan Ahmad Khan, maupun
tokoh-tokoh lain yang sejalan dengannya.
Jurnal
ini ternyata sangat berpengaruh sangat luas, tidak saja sebagai media
penyebar ide-ide pembaharuan, tetapi juga dalam perannya dalam
pengembangan sastra urdu.[14] Puncak usaha Ahmad Khan di bidang
pendidikan adalah pendirian Muhammadan Anglo Oriental College ( MAOC ),
pada tahun 1875, di Aligarh. Dan pada tahun 1920 berganti nama menjadi
Aligarh Muslim University.
Setelah
University Aligarh sudah berdiri megah, Sayyid Ahmad Khan mencari ide
untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Islam di India. Beliau
sadar bahwa university itu tidak cukup untuk menampung lebih 70 juta
orang ketika itu. Tahun1886, beliau membentuk Mohammedan Educational
Conference melalui persidangan di kalangan cendikiawan Islam untuk
membahas masalah pendidikan masyarakat Islam di India. Konferen ini
menjadi alat kebangkitan intelektual dan penyebaran ilmu pengetahuan
secara lebih luas. Ada di kalangan intelek menggunakan pertemuan
tersebut untuk membangkitkan semangat bagi pembaharuan sosial, kemajuan
ekonomi dan intelektual masyarakat Islam di India.[15]
|
Gerakan Aligarh. |
Gerakan Aligarh muncul setelah wafatnya Ahmad Khan. Keberadaan Gerakan Aligarh tidak dapat lepas dari ketokohan Sayyid Ahmad Khan dan Perguruan Tinggi yang didirikannya, yaitu M.A.O.C.[16] Melalui (M.A.O.C) ini, ide-ide pembaruan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikutnya yang kemudian muncullah apa yang dikenal dengan Gerakan Aligarh.[17] M.A.O.C. merupakan markas Gerakan Aligarh dengan potensinya yang telah berkembang menjadi sebuah institusi yang memainkan peran dalam mencarikan jalan keluar persoalan di bidang pendidikan, sosial dan politik umat Islam di India.
Gerakan
Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaruan
dikalangan ummat Islam India. Dengan adanya gerakan ini, ide-ide
pembaruan selanjutnya bermunculan seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali,
Muhammad Iqbal, Maulana Abdul Kalam Azad, dan sebagainya. Gerakan ini
pula yang yang meningkatkan umat Islam India untuk bangkit menuju
kemajuan. Pengaruhnya telah dirasakan pada golongan intelektual Islam
India.
Ciri- ciri pokok gerakan Aligarh
Adapun
cirri-ciri pokok gerakan Aligarh sebagaimana yang disempaikan oleh
Mustafa Khan dalam An Apology for the New Light 1891 yaitu:[18]
Akbar
S. Ahmad[19] mengatakan, bahwa Aligarh merupakan jawaban Muslim India
terhadap modernitas. Lebih lanjut lagi, bahwa Universitas ini memberi
kesadaran baru dan kepercayaan diri bagi umat Islam di anak Benua India
pada gilirannya mendorong lahirnya Negara Islam Pakistan. Sedangkan
keberhasilan Gerakan Aligarh melalui M.A.O.C dalam menempa tokoh pemikir
Muslim India ditunjang oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai
berikut:[20]:
Bidang Kurikulum.
Kemajuan Gerakan Aligarh disebabkan adanya mata pelajaran umum, seperti ilmu alam, filsafat, humaniora dan sebagainya.
Bahasa.
Bahasa
yang dipakai sebagai bahasa pengantar adalah bahasa Inggris. Hal ini
didasari bahwa ilmu pengetahuan di Barat kebanyakan ditulis dalam bahasa
Inggris.
|
Tujuan pendidikan dan kurikulum pendidikan |
Berdirinya
lembaga pendidikan MAOC atau dengan sebutan Aligarh yang digagas Ahmad
Khan mempunyai tujuan penting dalam bidang pendidikan dengan Tujuan
untuk melahirkan satu generasi Muslim yang menguasai ilmu-ilmu modern
Barat namun tetap mempertahankan komitmen yang tinggi terhadap Islam.
Sedangkan dalam bidang kurikulum diajarkan ilmu-ilmu agama islam dan
ilmu-ilmu modern.[21]
|
Tokoh – tokoh penerus gerakan Aligarh |
Ahmad
Khan mengabdikan diri bagi pembaharuan melalui MAOC selama lebih kurang
dua decade. Selanjutnya ide-idenya dikembangkan dan disebarkan oleh
murid dan pendukungnya. Dengan demikian gerakan Aligarh ini tetap
berkembang walaupun beliau telah tiada.[22] Gerakan Aligarh dipimpin
secara silih berganti oleh para tokoh yang memperjuangkan nasib umat
Islam India. Di antaranya adalah:
1. Sayyid Mahdi Ali (Nawab Muhsin al-Mulk) (1837-1907).
Setelah
Sayyid Ahmad Khan wafat, maka kepemimpinan Aligarh pindah ke tangan
Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin al-Mulk
(1837-1907). Pada mulanya dia adalah pegawai Serikat India Tifluk,
kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Dia pernah berkunjung ke Inggris
untuk keperluan Pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 dia berkenalan
dengan Sayyid Ahmad Khan dan kemudian antara keduanya terjalin tali
persahabatan yang erat. Dia banyak rnenulis artikel di Tahzib Al Akhlaq
dan juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. Dia pindah ke Aligarh dan
menetap di sana mulai pada tahun 1893. Pada tahun 1897 dia
menggantikankan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di M.A.O.C. Dia mempunyai
jasa yang besar dalam menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad Khan yang
dilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference.[23]
Jasanya
dalam memajukan M.A.O.C terlihat dengan bertambah banyaknya jumlah
mahasiswa lembaga pendidikan tersebut, keuangan perguruan tinggi
meningkat, administrasi juga tertata rapi dan pengembangan pembangunan
sarana dan prasarana fisik juga tidak luput dari perhatiannya. Dalam
soal keagamaan Nawab Muhsin al-Mulk dengan idenya menentang taklid pada
ulama’ klasik dan mengadakan ijtihad baru. Tetapi dalam menghadapi
ulama’ klasik dia lebih lembut dari pada Sayyid Ahmad Khan.
Muhsin
al-Mulk berhasil membuat golongan ulama India merubah sikap keras
terhadap Gerakan Aligarh. Sebagaimana diketahui bahwa Deoband yang
banyak menghasilkan ulama ulama India tradisional, mempunyai sikap yang
tidak kooperatif dengan Inggris, sedang Sayyid Ahmad Khan terkenal
dengan sikap pro Inggris. Jadi antara M.A.O.C terdapat perbedaan bukan
hanya dalam soal-soal keagamaan saja tetapi juga mengenai sikap politik.
Muhsin al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh,
lebih jauh dia mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan
Tinggi tersebut. Dia adalah orang yang paling cinta damai, namun dia
dihadapkan juga kepada kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak
akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad.
2. Viqar al-Mulk (1841 1917)
Tokoh
lain yang berpengaruh ialah Viqar al-Mulk (1841 1917). semenjak muda
dia telah menjadi Penolong dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Pada tahun
1907 dia menggantikan Nawab Muhsin al-Mulk dalam pimpinan M.A.O.C. Masa
inilah terjadinya perubahan-perubahan besar dalam adminsitrasi Perguruan
Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan politik umat Muslim
India.[24] Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir 1841, di
Distrik Moradabad, United Pravinces. Dia adalah rekan Sayyid Ahmad Khan
dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan Muhsin al-Mulk dia selalu
bekerja sama dalam masalah administrasi Aligarh. Pada masa Viqar ini
terjadi pertentangan antara Viqar al-Mulk dengan Mr. Archbold yang
menjadi Direktur M.A.O.C di waktu itu. Dalam pertentangan ini Gubernur
Daerah menyebelah Archbold sedang Viqar al-Mulk disokong oleh Agha Khan
serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat Islam di luar. Archbold
akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Inggris di M.A.O.C dari
semenjak itu mulai berkurang.
Viqar
al-Mulk sebagai seorang ulama yang keras pendirian dan pegangannya
terhadap agama, hidup keagamaan di M.A.O.C diperkuatnya. Pelaksanaan
ibadah, terutama shalat dan puasa diperketat pengawasannya. Lulus dalam
ujian, agama menjadi syarat untuk dapat naik tingkat. Hal-hal tersebut
di atas membuat M.A.O.C menjadi lebih populer di kalangan ulama
India.[25]
3. Altaf Husain Hali (1837-1914).
Tokoh
India lainnya yang terkenal sebagai penyebar ide ide pembaruan Sayyid
Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali (1837 1914). Dia pernah bekerja
sebagai penerjemah di kantor Pemerintah Inggeris di Lahore, tetapi
kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah dia berkenalan dengan Sayyid Ahmad
Khan dan keduanya menjadi teman baik. Hali terkenal sebagai seorang
penyair, tetapi dia juga menulis karangan karangan untuk Tahzib
al-Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan dia menulis syair tentang
peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang
terkenal dengan nama Musaddas.
Syair
itu antara lain juga mengandung ide-ide Aligarh. Musaddas sangat
berpengaruh terhadap ummat Islam India, sehingga dikatakan bahwa di
samping M.A.O.C dan Muhammedan Educational Conference, Musaddas-lah yang
mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan Gerakah Aligarh. Terhadap
pendidikan wanita dia memandang adanya kesejajaran yang sama dengan
lelaki. Oleh karenanya dia lebih progresif dari Sayyid Ahmad Khan yang
memandang bahwa kaum wanita saat itu belum perlu mendapat pendidikan
sebagai kaum lelaki.[26]
4. Muhammad Syibli Nu’mani
Muhammad
Syibli Nu’mani (1857 1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai Asisten
Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Dia mempunyai pendidikan Madrasah
Tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan Madinah memperdalam
pengetahuannya tentang agama Islam. Ketika di M.A.O.C., dia berjumpa
dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik
padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat dia tidak
mempunyai sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi dia tidak menentang
pemakaian akal dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat
bukanlah haram. Ulama-ulama zaman klasik juga mempelajari dan banyak
yang menguasai filsafat. Pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat
diterimanya.
Syibli
Nu’mani tidak lama dalam pengabdiannya di Aligarh dan pada akhirnya dia
meninggalkannya, kemudian pergi ke Lucknow untuk memimpin perguruan
tinggi Nadwat al-Ulama (yang didirikannya pada tahun 1894). Pemikiran
modern moderat yang dianutnya membawa perubahan pada perguruan tinggi
ini.
|
Karya – karya Syed Ahmad Khan |
Adapun
di antara hasil karya Sayyid Ahmad Khan adalah Atsar al-Sanadid (1874)
yang merupakan hasil penelitiannya tentang arkeologi di Delhi dan
sekitarnya, Essay on life of Muhammad (1870), Tafsir al-Qur’an sebanyak 6
jilid, Ibthal al- Ghulami (1890) dan Tabyin al-Kalam (1860). Selain itu
juga menulis dua buku Tarikh Sarkhasi Bignaur (1858) dan Asbab Baghawat
Hind (1858). Dari hasil karyanya ini terihat pula bahwa Sayyid Ahmad
Khan termasuk penulis yang produktif
|
Kesimpulan |
Sayyid
Ahmad Khan adalah pencetus pembaruan India. Berbagai pemikiran
pembaruan yang ditelornya sangat berpengaruh bagi kemajuan rakyat India
selanjutnya. Ide-ide pembaharuannya baik dalam pendidikan, keagamaan,
juga dalam bidang sosial politik merupakan refleksi dari gejolak sosial
masa itu. Sebagai langkah untuk membangkitkan kembali umat Islam, Sayyid
Khan mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh: menjalin
hubungan dengan negara Inggris dan menyingkirkan penolakan kaum muslimin
terhadap kemajuan Barat mulai ia perjuangkan, mengambil ilmu-ilmu
kebudayaan Barat, menafsirkan ulang Islam dalam bidang pemikiran. Di
samping itu, pembaruan dalam Islam dia memberikan penghargaan tinggi
pada akal manusia, percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, menentang
taklid dan pintu ijtihad masih terbuka lebar seiring dengan perubahan
zaman.
M.A.O.C.
di Aligarh merupakan cikal bakal bagi lahirnya tokoh-tokoh pembaharu
India yang akan mengantar India kepada kemajuan pasca keterpurukan
kekalahan Mughal dan penguasaan Inggris di India. Aligarh melahirkan
tokoh-tokoh yang terus mengembangkan ide-ide pembaharuan Sir Sayyid,
seperti Muhsin Al- Mulk, Viqar al-Mulk, dan lain-lain. Dalam
perkembangan selanjutnya M.A.O.C. kemudian berkembang menjadi
Universitas Aligarh yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh
penting,
seperti Amir Ali, Muhammad Iqbal dan lain-lainnya. M.A.O.C. adalah
markas Gerakan Aligarh yang telah memberikan jalan keluar pada
persoalan-persoalan umat Islam di India.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa Syed Ahmad Khan adalah Tokoh pembaharu yang
sangat berjasa dalam menggagas ide – ide yang cemerlang dalam
pembaharuan di india khususnya dalam bidang pendidikan yang membawa umat
islam di india dan umat islam lainnya ke arah yang lebih baik.
|
Daftar Pustaka dan Footnote
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Pemikiran Pendidikan Islam Syed Ahmad Khan, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Sal |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar